Modernis.co, Kediri – Mengapa perlu internasionalisasi Muhammadiyah? Bagaimana mengupayakannya? Sejauh mana peluang bagi Muhammadiyah menjadi gerakan Islam transnasional?
Baik, kita mulai dari wacana internasionalisasi. Paling tidak, dalam kurun satu dekade terakhir, para intelektual Muhammadiyah sudah mulai mengembar-gemborkan wacana internasionalisasi. Yakni bagaimana Muhammadiyah memiliki basis tidak hanya pada level domestik. Tapi juga menguat pada level globa, transnasional.
Potensi tersebut ada karena di beberapa negara, Muhammadiyah sudah mulai membangun basis-basis kecil, semacam cabang istimewa. Basis-basis kecil ini adalah warga Muhammadiyah Indonesia yang kebetulan tinggal di beberapa negara. Membentuk komunitas Muhammadiyah. Memang, ini adalah potensi. Tapi itu tidak cukup. Tidak cukup untuk membuat Muhammadiyah menjadi gerakan Islam transnasional.
Kemudian, usia Muhammadiyah yang sudah lebih dari satu abad membuat Muhammadiyah secara psikis ingin tumbuh dan berkembang lebih besar, dan lebih besar lagi. Muhammadiyah perlu terus tumbuh. Muhammadiyah perlu ruang gerak yang lebih luas. Tidak cukup hanya pada level domestik. Paling tidak, dua hal ini yang menjadi alasan mengapa perlu Internasionalisasi.
Bagaimana mengupayakannya internasionalisasi Muhammadiyah? Jika Muhammadiyah ingin menjadi gerakan Islam global-transnasional, maka warga Muhammadiyah harus bermental global, berwawasan global, dan berpikiran global. Mampu bergaul pada level gobal.
Sebagian orang Muhammadiyah harus mampu bergaul dalam kultur global. Mampu berbicara dengan bahasa pergaulan global. Mampu bergaul dengan tata pergaulan global. Agar Muhammadiyah dikenal dan dapat menarik perhatian warga global. Ini syarat mutlak bagi internasionalisasi Muhammadiyah. Sangat gampang diucapkan. Tapi, untuk mempraktikan susahnya minta ampun.
Apakah semua warga Muhamadiyah harus demikian? Tidak. Sebagian tidak mengapa tetap fokus pada wilayah domestik. Sebagian orang Muhammadiyah justru harus fokus merawat wilayah domestik sebagai tempat kelahirannya.
Kemudian, memperkuat karakter juga penting untuk mempercepat internasionalisasi Muhammadiyah. Penguatan karakter perlu dilakukan agar Muhammadiyah tetap bertahan dalam kontestasi global. Ingat, ide yang mudah diterima adalah ide yang sederhana, namun berkarakter.
Dengan cara kerja semacam itu, jangan harap nanti Muhammadiyah di kawasan Afrika Sub-Sahara nantinya akan sama persis dengan Muhammadiyah kawasan Eropa Barat. Jangan harap Muhammadiyah Anggola, Zambia, Nigeria akan sama persis dengan Muhammadiyah Monako, Swiss, Austria, dan seterusnya. Pasti akan berbeda. Namun, karakter tetap harus sama. Semangat yang diusung adalah semangat yang sama. Di bawah satu payung yang sama. Satu visi yang sama. Inilah yang saya maksud dengan karakter.
Bicara soal karater. Apa karakter Muhammadiyah yang perlu dipromosikan? Mislanya saja ide tentang bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam berkemajuan, gerakan Islam modern, gerakan iman dan amal saleh (teologi al-ma’un), gerakan Islam peduli kaum terpinggirkan, dan karakter-karatker lain semacam ini yang identik dengan Muhammadiyah. Orang-orang Muhammadiyah harus mempromosikan karakter-karakter semacam ini ke level global. Ingat, idenya harus sederhana, namun berkarakter.
Dalam studi kebudayaan, kita mengenal istilah memetika. Teori dasar dari memetika adalah bahwa, evolusi kutural didasarkan pada replikasi-replikasi unit-unit informasi yang disebut meme. Sederhananya, penyebaran kebudayaan dilakukan dengan memproduksi meme-meme. Ingat, meme yang efektif adalah meme yang sederhana, berkarakter, dan mudah dipahami. Orang-orang Muhammadiyah perlu secara masif memproduksi meme-meme semacam itu.
Pertanyan selanjutnya, sejauh mana peluang bagi Muhammadiyah menjadi gerakan Islam transnasional? Prediksi Muhammadiyah menjadi gerakan Islam transnasional adalah prediksi yang megah. Tapi, apakah peluang itu ada? Ingat, peluang itu dibuat, bukan ada atau tidak. Peluang itu bukan datang dengan sendirinya.
Jika syarat-syaratnya sudah terpenuhi, maka peluang tersebut akan terbuka lebar. Sebaliknya, jika Muhammadiyah memuaskan diri dengan pencapaian-pencapaiannya, mencukupkan diri dengan apa yang telah dicapai, maka lupakan internasionalisasi. Apalagi memimpikan Muhammadiyah menjadi gerakan Islam transnasional.
Bagi saya, sebagai sebuah gerakan yang sudah berumur dan berkarakter, Muhammadiyah sudah memenuhi syarat sebagai gerakan Islam transnasional. Selanjutnya, beberapa syarat lain yang telah saya sebutkan diatas harus terpenuhi. Untuk memenuhi itu, seluruh elemen Muhammadiyah perlu memantaskan diri. Ingat, internasionalisasi Muhammadiyah tidak bisa dilakukan dengan leha-leha.
Oleh: M. Khusnul Khuluq (Human Right Defender, Kader Muda Muhammadiyah)